semoga manfaat

Saturday, December 3, 2016

Para Pahlawan Nasional Dari Kalangan Pesantren

                Nyantri Namun Tetap Memiliki

            Semangat Nasionalisme Yang Tinggi.

 

 1. KH. Hasyim Asyari

      Beliau adalah sosok yang tidak asing di kalangan Nahdlatul Ulama. Pendiri Nahdlatul Ulama ini dikenal sebagai "master plan pesantren" yang memiliki ilmu agama yang sangat tinggi. Sepulangnya dari Mekah pada tahun 1899 beliau mendirikan pesantren Tebuireng di Jombang. Dan pada tahun 1926 beliau mendirikan organisasi islam terbesar di Indonesia, bahkan dunia, yakni Nahdlatul Ulama.

Dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, salah satu moment penting yang beliau lakukan adalah dengan mengeluarkan resolusi jihad. Melalui resolusi ini beliau mewajibkan umat islam membela tanah air dan melawan para penjajah sebagai sebuah jihad. Hingga kemudian umat islam berbondong-bondong melakukan perlawanan, terkhusus dari kalangan peantren di Indonesia.



2. KH. Ahmad Dahlan

     KH. Ahmad Dahlan atau Darwis lahir pada 1 Agustus 1968 di Yoyakarta. Nama beliau tidak asing di kalangan umat islam nusantara. Sebagai Pendiri organisasi Muhammadiyah beliau banyak melaksanakan cita-cita pembaruan islam di Indonesia. 

Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961



3. Bung Tomo

      Bermula ketika Presiden Soekarno mengirim surat kepada KH. Hasyim Asy'ari berkenaan tentang hukum dalam agama Islam tentang perang membela negara dari ancaman musuh. Kemudian pada tanggal 21-22 Oktober 1945, KH. Hasyim Asy'ari mengumpulkan Kiai se Jawa dan Madura. Dalam rapatnya tersebut, diputuskan bahwa perang membela negara adalah perang suci atau disebut dengan jihad. Pada masa itu, disebut juga dengan resolusi jihad. Dan tepat sekali Bung Tomo lah pemimpin dari perang suci tersebut yang juga berlatar belakang pesantren, hingga berhasil menggerakkan semangat warga Surabaya untuk berperang melawan penjajah. Dikabarkan bahwa perang itu adalah perang nasional terbesar.



4. KH. Wahid Hasyim

      Beliau lahir di Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914 dan meninggal pada 19 April 1953 di usia 38 tahun karena mengalami kecelakaan di Cimahi, Jawa Barat. Beliau adalah pahlawan nasional Indonesia dan merupakan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Ia adalah ayah dari presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid dan anak dari Hasyim Asy'ari.

Dalam bidang pendidikan, beliau memiliki banyak teroboan-terobosan guna melakukan pembaruan dalam dunia pendidikan. KH. Wahid Hasyim menganggap bahwa ilmu pengetahuan saja tidak cukup, perlu adanya ilmu agama yang diberikan dalam kurikulum pendidikan. Melalui gagasannya tersebut, mulailah ada kelembagaan pendidikan dan agama Islam seperti pesantren dan kini ada Universitas Islam Negeri (UIN). Wahid Hasyim dimakamkan di Tebuireng, Jombang.




5. KH. Wahab Hasbulloh
 

     Beliau lahir pada 31 Maret 1888 di Jombang, Jawa Timur. Dan meninggal pada 29 Desember 1971 saat beliau berusia 83 tahun. KH. Wahab Hasbulloh adalah seorang ulama yang berpandangan modern, dakwahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 7 November 2014.

Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, beliau memimpin laskar Hizbulloh (mujahidin) sebagai seorang panglima. Beliau gencar melawan penjajahan di Masa pendudukan Jepang.





 

6. KH. Abdurrahman Wahid

      KH. Abdurrahman Wahid tidak lain akrab disapa dengan panggilan Gus Dur. Beliau merupakan Presiden RI ke- 4 yang berasal dari kalangan pesantren.
Pada tahun 2015 ini, beliau diangkat menjadi pahlawan Nasioal Indonesia. Demikianlah beberapa pahlawan yang pernah menjadi santri dan berasal dari pondok pesantren. Mereka nyantri namun tetap memiliki semangat nasionalisme yang tinggi.


















No comments:

Post a Comment